Langsung ke konten utama

Kepada Musae


Entah perasaan macam apa ini Mus, pernahkah kau takut sekali ketika sedang berbahagia? Seperti kau berusaha sekuat mungkin untuk tidak larut dalam keadaan terlalu bahagia?
Mus, bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan ‘kita’?
Sebab dalam cerita Portulaca kita sepakat mengakhiri kata ‘kita’ dengan tanda tanya. Maka sekali ini saja Mus, biarkan kita mengudara..jauh…jauh..hingga luar angkasa.

***
Mau kita apakan masa depan Mus?
Ketika diseberang sana seseorang memutar balada cinta Joni dan Susi dengan prolog yang halus, “Hidup sedang bergegas di reruntuh ruang kelas, dingin dan cemas”
Ketika Dua pasang kekasih memutuskan untuk bercinta di luar angkasa.
Ketika Saija menunggu remuk atas waktu yang tak pernah diam dengannya.
Ketika…Ketika…satu-satunya perempuan yang kau suka sudah dalam pelukan yang lain.

***
Aku ingat beberapa menit yang lalu pernah tertawa Mus, tapi sebentar saja setelah sesuatu hinggap di kepala lalu mengamut mengericutkan senyum. Seperti seseorang telah datang dari masa depan mengatakan, “kau tak boleh terlalu lama berbahagia.”
Seperti seseorang yang hadir dalam diam malammu membisikkan, “Beri kadar dan batas untuk setiap bahagia yang kau rasakan.”
Seseorang yang datang dari entah mengawasimu dan mengatakan, “berhati-hatilah dengan kebahagiaan.”
Begitulah Mus, aku berusaha mencari kosa kata yang tepat untuk gejala semacam ini; bukan takut, bukan amuk, bukan muntab, bukan sedih,  bukan kehidupan, dan bukan juga masa depan.

Mus, apakah kehidupan dan masa depan kita telah dinujum menjadi begitu rumit? Sebab tak kita temukan kata yang tepat untuk saling bicara. Bahkan sekedar bertatap matapun kita harus bertanya, “Apakah ketika aku melihat ke dalam matamu akan ada aku di dalamnya? Karena yang kulihat di matamu bukanlah bayangan, melainkan kejauhan.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan yang Terselit di Buku Harian

"Suatu hari akan kau temui seseorang yang sudi bertengkar denganmu hanya karena lampu jalan. Menertawakan suara jangkrik dan memberi variasi lebih pada suara tangisan." (Jakarta, 2016) "Seseorang memakai namamu di radio, sekali, dua kali, berkali-kali. Identitas dan informasi yang amat persis dengan dirimu sendiri." (Jakarta, 2016) "Kemerdekaan hanya akan kau dapati selama 3 menit setelah keluar dari pintu rumahmu, esoknya, kau mungkin akan kembali namun sepenuhnya telah menjadi asing." (Jakarta, 24/10/2017) "Kesedihan hanya akan menimpamu selama dua minggu. Setelah itu, kau akan tahu. Dua orang saling mencintai tak selamanya harus disatukan oleh pernikahan." (Ibu) (Jakarta, 24/10/2017) "Ingatan bekerja dengan cara yang tak pernah diduga. Kau pernah menceritakan bagaimana sebuah alunan musik mengiring ingatanmu pada 10 halaman paling dramatis yang pernah kau tulis."(Jakarta, 27 November 2016)

Kafka dan Kesedihan yang Keras Kepala

Buku-bukulah yang menemukan sendiri pembacanya, bukan sebaliknya. Sehingga perkara memilih buku, bagi saya barangkali sama halnya dengan memilih nasib; sulit namun dapat diubah, rumit tapi juga indah. Sampai saat ini, saya masih ingat awal perjumpaan dengan Mersault pada mulanya adalah keisengan belaka. Saya dalam kondisi yang sebenarnya tidak begitu tertarik untuk membeli buku. Selain karena faktor ekonomi, alasan lainnya adalah buku-buku di toko buku tersebut biasanya tak banyak yang berubah. Rak-rak populer diisi oleh penulis yang tidak saya sukai. Maka untuk menemukan buku-buku bagus, saya harus lebih telaten. Dan benar saja, saya menemukan Mersault dalam kondisi tergencet diantara novel teenlit! Waktu itu saya masih kuliah disemester awal, saya tidak kenal siapa itu Albert Camus, saya memilih Orang Asing murni karena covernya yang terbilang asal-asalan (kalau tidak dibilang jelek) tapi justru karena itu saya tertarik. Orang Asing adalah novel paling tipis pertama yang say

REMINDER

Saya teringat adegan Yusuf (Nicholas Saputra) dalam sebuah road movie Tiga Hari untuk Selamanya. Ketika ia menjelaskan pada Ambar (Adinia Wirasti) mengenai usia-usia penting dan kritis yang akan dialami manusia. Ada usia 27 dan 29 lalu 35. “Pokoknya pas lo umur 27, lo akan ngambil sebuah keputusan penting yang akan ngubah hidup lo; Jimmy Hendrix,Chairil Anwar, Kurt Cobain, itu semua meninggal diusia 27. Soekarno juga diriin Indische Partij di usia 27” ;   “Pas lo umur 29, posisi Bumi sama Planet Saturnus itu balik lagi di posisi yang sama waktu lo lahir. Nah Planet Saturunus itu, planet yang mempengaruhi alam bawah sadar lo. Itu semua, naluri alamiah lo, keluar semua. Meledak!” Saya sekarang 24.