Langsung ke konten utama

Duarrr....Kamu Sudah Tua!

Saya kadang seperti manusia primitif yang keluar dari goa-goa purba -benci keramaian dan perayaan yang berlebihan- Tuhan, apakah saya sudah benar-benar tua?

"Besok hari apa? tanggal? tahun?"

Beberapa kolega yang durjana pastilah menderita tiap kali saya bertanya. Dengan sedikit desah dan kepala yang menggeleng-geleng, mereka yang baik hatinya tetap akan menjawab. Maka tulisan ini juga untuk mereka, yang baik hatinya dan tidak tersebut namanya.

Terkhusus malam ini, saya tau betul tentang tanggal, bulan dan bahkan tahun. Terbekatilah mereka, para penjual terompet dan kembang api malam ini. Mereka salah satu pengingat, bahwa sekarang adalah penghujung tahun, tanggal cantik yang berhasil saya ingat angkanya; 31 Desember 2013, dan jangan tanya lagi besok tanggal atau tahun berapa !
***
Akhir-akhir ini, saya kerap lupa waktu. Sebuah aforisme yang ingin saya lahirkan sendiri, Mungkin waktu tidak lagi mempedulikan saya, seperti halnya saya tidak lagi mempedulikan waktu.

Akhir-akhir ini pula, kehidupan lebih terlihat seperti mayat hidup. Ada semacam kesibukan yang entah berarti entah tidak. Ada semacam keadaan pasif yang sibuk melalang buana di ruang maya, ada semacam serangga yang menggeliat di kepala dan berteriak "Laporan magang, judul, skripsi, nanti saja!"

Dan, sebelum tulisan ini ikut melalang buana bersama kehidupan penulisnya absurd, kita beri saja ia judul dan sebuah tema yang membahana; Resolusi Adalah Wasit, Sebelum Kamu Melihat Kaca dan Sadar; Kamu Mungkin Akan Terlanjur Tua Bahkan Untuk Sebuah Cita-Cita. 
***

Penulis membuka awal tahun barunya dengan sebuah keputusan resign yang menurutnya adalah sebuah keyakinan dan metamorfosis-yang hingga sekarang penulispun gagal paham entah apa itu maksudnya. Tapi satu hal yang ia yakini adalah, di dalam hidup sebenarnya tidak ada keputusan yang salah jika saja kita siap dengan segala resiko yang telah dipilih. Memilih lanjut memiliki resikonya sendiri, memilih resign (apalagi) juga memiliki resiko yang menanti entah kapan datangnya. 


Kembali ke masalah keramat ditanggal-tanggal penuh wasiat. Penulis kali ini memberanikan dirinya menuliskan daftar-daftar yang harus diraihnya pada tahun baru, dengan catatan, selagi ia ingat.

Hal pertama yang paling penulis ingat mengenai 2014 adalah tahun dewasa, tahun dimana setiap mahasiswa angkatan tua memang harus wisuda.

Prosesnyalah yang membuat penulis uring-uringan.
Ini tentang menulis. Karena idealnya, menulis apapun itu termasuk pula skripsi, adalah menulis sesuatu yang kita sukai. Dan karena ia hal yang kita sukai harusnya hasilnya maksimal, sempurna. Dan itu pulalah masalahnya, karena kadang kesempurnaan menjadi beban, memikirkannya, memulainya menjadi sesuatu yang berat dan menakutkan. Dan karena absurdnya penulis, ia kadang juga tidak tau apa sebenarnya yang ia sukai. Apakah judul yang ia pilih akan benar-benar ia sukai, ia cintai, ia pahami, ia maknai.

....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan yang Terselit di Buku Harian

"Suatu hari akan kau temui seseorang yang sudi bertengkar denganmu hanya karena lampu jalan. Menertawakan suara jangkrik dan memberi variasi lebih pada suara tangisan." (Jakarta, 2016) "Seseorang memakai namamu di radio, sekali, dua kali, berkali-kali. Identitas dan informasi yang amat persis dengan dirimu sendiri." (Jakarta, 2016) "Kemerdekaan hanya akan kau dapati selama 3 menit setelah keluar dari pintu rumahmu, esoknya, kau mungkin akan kembali namun sepenuhnya telah menjadi asing." (Jakarta, 24/10/2017) "Kesedihan hanya akan menimpamu selama dua minggu. Setelah itu, kau akan tahu. Dua orang saling mencintai tak selamanya harus disatukan oleh pernikahan." (Ibu) (Jakarta, 24/10/2017) "Ingatan bekerja dengan cara yang tak pernah diduga. Kau pernah menceritakan bagaimana sebuah alunan musik mengiring ingatanmu pada 10 halaman paling dramatis yang pernah kau tulis."(Jakarta, 27 November 2016)

Kafka dan Kesedihan yang Keras Kepala

Buku-bukulah yang menemukan sendiri pembacanya, bukan sebaliknya. Sehingga perkara memilih buku, bagi saya barangkali sama halnya dengan memilih nasib; sulit namun dapat diubah, rumit tapi juga indah. Sampai saat ini, saya masih ingat awal perjumpaan dengan Mersault pada mulanya adalah keisengan belaka. Saya dalam kondisi yang sebenarnya tidak begitu tertarik untuk membeli buku. Selain karena faktor ekonomi, alasan lainnya adalah buku-buku di toko buku tersebut biasanya tak banyak yang berubah. Rak-rak populer diisi oleh penulis yang tidak saya sukai. Maka untuk menemukan buku-buku bagus, saya harus lebih telaten. Dan benar saja, saya menemukan Mersault dalam kondisi tergencet diantara novel teenlit! Waktu itu saya masih kuliah disemester awal, saya tidak kenal siapa itu Albert Camus, saya memilih Orang Asing murni karena covernya yang terbilang asal-asalan (kalau tidak dibilang jelek) tapi justru karena itu saya tertarik. Orang Asing adalah novel paling tipis pertama yang say

REMINDER

Saya teringat adegan Yusuf (Nicholas Saputra) dalam sebuah road movie Tiga Hari untuk Selamanya. Ketika ia menjelaskan pada Ambar (Adinia Wirasti) mengenai usia-usia penting dan kritis yang akan dialami manusia. Ada usia 27 dan 29 lalu 35. “Pokoknya pas lo umur 27, lo akan ngambil sebuah keputusan penting yang akan ngubah hidup lo; Jimmy Hendrix,Chairil Anwar, Kurt Cobain, itu semua meninggal diusia 27. Soekarno juga diriin Indische Partij di usia 27” ;   “Pas lo umur 29, posisi Bumi sama Planet Saturnus itu balik lagi di posisi yang sama waktu lo lahir. Nah Planet Saturunus itu, planet yang mempengaruhi alam bawah sadar lo. Itu semua, naluri alamiah lo, keluar semua. Meledak!” Saya sekarang 24.